Kelompok musik veteran tanah air Grausig seakan tak
punya waktu jeda untuk berhenti berkarya pasca reuni mengenang kepergian
Muhammad Faisal (alias Bobby Grausig, sang basis dan vokalis latar generasi
kedua) pada 3 Oktober 2011 silam.
Pada Desember 2017 ini, unit metal ekstrim ibu kota
tersebut tengah mempersiapkan album penuh ke empat mereka yang belum diberi
judul. Ada total durasi sekira 30 menit berisikan delapan materi beserta elemen
tata suara yang masih lekat dengan era kejayaan mereka di dekade 90-an yang
telah rampung digarap.
“Untuk teknis, sekarang down tuning di nada A, style 90-an
tetap menjadi khas dengan penyesuaian nuansa modernnya.” Tutur sang basis dan
komposer lagu Ewin Naiborhu membuka rahasia dapur kelompok yang sudah malang
melintang sejak era Poster Café di Jakarta pada akhir 80-an tersebut via
wawancara instant messenger WhatsApp.
Penggarapan album ini sendiri telah selesai
dilakukan oleh mereka rentang AgustusDesember 2016 dengan bantuan peramu rekam
dan tata suara oleh Yuda dan Salim yang dilakukan di dua studio berbeda.
Pengambilan rekaman drum dilakukan di Studio K sementara gitar dan bass di
Studio Apache, Jakarta.
Kemungkinan Grausig siap menghadirkan delapan
tembang ganas a la Cryptopsy tersebut ke para pendengar dan komunitas metal
ekstrim pada 2018, Obsecure Musick label asal Amerika sedianya sudah mengikat
kontrak album ini untuk skena global, sementara untuk komunitas lokal
kemungkinan besar akan dirilis secara mandiri.
Album Di Belakang Garis Musuh dirilis ulang oleh
Obsecure Musick pada Desember 2016. Karya rupa digarap oleh Corey Nicolas.
Berbicara proses kreatif, basis sepeninggal mendiang
Bobby Grausig, Ewin mengklaim penulisan komposisi pun dilakukan olehnya
berkolaborasi dengan talenta baru yang mengisi jajaran personil. Ia bersama
Slamet Uskaizan alias Mame yang bertanggungjawab membuat struktur musikalitas
Grausig teranyar, “Proses lagunya sudah lama selagi penggarapan album Di
Belakang Garis Musuh. Dalam proses album tersebut materi album selanjutnya udah
saya buat untuk benang merah. Kolaborasi dengan Mame.”
Ia pun mengklaim album terbarunya nanti lebih
bertenaga ketimbang album sebelumnya yang terdengar lebih renyah didengar
penggemar musik cadas. Pada penggarapan album penuh terbaru ini selain Mame,
Ewin dan Denny Zahuri (drum) didukung beberapa talenta seperti Septian Nur
(gitar) dan Isma Sulaiman (vokal) yang hadir meneruskan legasi almarhum James
Andri Budiyanto (vokal) dan Budi Ridwin Nasution (gitar). Tutur Ewin,
selanjutnya, “Tinggal pengisian vokal dan pematangan pesan pada album.”
Grausig hadir di penghujung 2016 dengan album Di
Belakang Garis Musuh yang dirilis dalam cakram padat oleh Majemuk Records pada
Maret 2016, versi kaset oleh Rumah Tanah Production pada awal September 2016,
dan pada 9 Desember tahun yang sama kembali dirilis ulang label rekaman mandiri
asal Amerika Serikat, Obsecure Musick. Dalam rilisan internasional tersebut
Corey Nikolas didapuk sebagai seniman yang mengarap perwajahan album.
Sebelumnya, Obsecure sendiri telah merilis album penuh talenta lokal Indonesia
lainnya seperti Jasad (Annihilate the
enemy) dan Death Vomit (Forging a
legacy) pada 2015 untuk dipasarkan di Amerika, Eropa, dan Asia.
Diskografi kelompok musik yang didirikan oleh Yachya
Wacked sepeninggal hengkang dari veteran trash metal Sucker Head dalam rentang
1989-2016 ini adalah Doomsday (single,
1994), Feed the Flesh to the Beast (album
mini, 1994), Abandoned, Forgotten, &
Rotting Alone (album penuh, 1999), Tiga Dimensi (album penuh, 2003), In the Name of All Who Suffered and Died (album
mini, 2013), God's Replicated (Single,
2014), Feed the Flesh to All Who Suffered
and Died (album mini, 2014) dan Di Belakang Garis Musuh (album penuh,
2016).
_______
Foto: Grausig.net
Komentar
Posting Komentar