Banyak musisi yang meninggal relatif
masih muda, taruhlah nama-nama seperti Kurt Donald Cobain, Jimi Hendrik, dan
salah satu yang menginspirasi musik dunia dengan suara pergerakan zionnya untuk
kembali ke Afrika sebagai episentrum kebudayaan dunia, Bob Marley.
Terlahir dengan nama Nesta Robert
Marley di Nine Mile, Saint Ann, Jamaika pada 6 Februari 1945, musisi dengan
khas rambut dreadlock, musik reggae, dan penyeru kritik sosial beserta budaya
kaum rastafari ini meninggal 11 Mei 1981 pada usia 36 tahun karena mengidap acral
lentiginous melanoma atau bentuk dari malignant melanoma sejenis
kanker. Cukup muda memang tapi gaung dan pemikiran yang mengewantah melalui
lirik karyanya seperti I Shot the Sheriff yang didaur ulang oleh Eric
Clapton dan menjadi hit tahun 1974 masih sayup-sayup menginspirasi sampai
sekarang.
Perjalanan berkesenian sebagai
gitaris, vokalis, pencipta lagu ayah dari tigabelas anak ini terbagi menjadi
dua, dalam grup musik The Wailers (1964–1974, bersama Bunny Wailer dan Peter
Tosh sebagai pendiri) dan Bob Marley & The Wailers (1974–1981). Selama
berkiprah sebagai pembawa pesan kaum marjinal yang juga memperjuangkan
penghapusan diskriminasi apartheid Afrika Selatan dengan salah satu lagunya
seperti war, Marley sedikitnya telah menghasilkan 13 studio album, 4
album live, 10 album kompilasi, 27 single, 1 tribut dan album cover.
Kini warisan seni dan pemikiran Marley
turun ke David Nesta "Ziggy" Marley, pria Trenchdown, Jamaika,
kelahiran 17 Oktober 1968, anak tertua dari pasangan Alpharita Constantia
Anderson atau lebih dikenal dengan Rita Marley. Melalui kelompok musik bernama
Ziggy Marley and The Melody Makers, Ziggy meneruskan kiprah sang ayah.
Ziggy tersentuh mempelajari musik
sedari masih kecil yang akhirnya membawa dia kepada kesuksesan karirnya
sekarang. "Saya mengambil beberapa kelas, lalu membeli beberapa buku dan
mempelajarinya sendiri. Saya belajar dengan gitar pertama kali dilanjut dengan piano," ujar
Ziggy. "Saya bukanlah yang terhebat seperti mereka, tetapi saya bisa
membuat karya rekaman. Tapi yang terjadi kemudian, sebenarnya, hal tersebut
memupuk kreatifitas, sebab saya secara intelektual tidak sebagus orang lainnya
yang mengerti dan pergi ke sekolah untuk mendapatkan dan membacanya, jadi hal
tersebut memaksa Anda untuk kreatif."
Mengikuti
kecerdasan intelektual diatas, Ziggy mengambil kesempatan untuk memberikan dua
sen dollar Amerika untuk pemilihan presiden lalu. "Salah satu hal yang
terpenting dari pemimpin adalah menginspirasi, tetapi yang tidak mampu
menginspirasi orang berarti dia bukan seorang pemimpin," lanjut Ziggy.
"Hal yang utama tentang Barack Obama, dia mengispirasi orang. Jika hal
terseebut merupakan hal yang bisa dia lakukan, menginspirasi orang, lalu dia
layak mendapatkannya (untuk dipilih)."
Mempraktekkan ketertarikan politiknya
sedari muda, Ziggy mengingat sebuah perjalanan liburan keluarga ke Zimbabwe
diantara ingatan terkuat masa kecilnya. "Bagi saya perjalanan tersebut
seprti menuju bulan," ingat Ziggy. "Sebelumnya saya tidak pernah
melakukan perjalanan panjang dengan kereta api. Sesuatu hal yang baru untuk
saya. Yang membukakan mata kepada penjajahan kolonialisme, kemerdekaan, dan
revolusi. Kami bertemu beberapa pejuang revolusi yang berjuang untuk
kemerdekaan Zimbabwe di sebuah hotel dimana kita menginap, seperti membentuk
kembali konsep ke-Afrikaan saya."
Meneruskan suara sang ayah
Kehidupan Ziggy memang tidak jauh dari
sepak terjang sang ayah di masa lalu, berbicara tentang politik, perjuangan,
dan kecintaan kepada keluarga. "Saya akan menggarap sebuah rekaman
keluarga," ungkap Ziggy di akhir 2008. "Menurut saya hal tersebut
penting untuk disuarakan kepada anak-anak jaman sekarang. Saya telah melakukan
banyak rekaman dan telah berbicara dengan banyak orang dewasa dan saya sekarang
ingin berbicara dengan anak-anak. Kami juga dalan tahap perkembangan untuk
mengerjakan kembali musik Bob tentang anak-anak."
Hal diatas mewujud menjadi album solo
yang ketiganya, Family Time, yang telah rilis 5 Mei 2009 dibawah perusahaan
independen bernama Tuff Gong Worldwide. Album rekaman ini menampilkan kerabat
dan sahabat, Rita Marley, Cedella Marley, Judah Marley, Paul Simon, Willie
Nelson, Jack Johnson, Toots Hibbert, Laurie Berkner, Elizabeth Mitchell dan
lainnya. Album ini juga yang menghantarkannya Grammy sebagai Best Musical
Album for Children.
"Anak-anak adalah
segalanya," ungkap Ziggy dalam salah satu perjalanannya antara Afrika
Selatan dan tur West Coast-nya. "Ketika saya melakukan rekaman, hal
tersebut mengukuhkan sesuatu yang telah dipikirkan jauh hari sebelumnya. Merangkul
anak-anak adalah salah satu cara untuk mengubah stagnansi, penyakit sosial
masyarakat. Kita perlu
mendedikasikan diri untuk mereka dan memberikannya pendidikan terbaik. Tidak
hanya sesuatu yang terkandung di dalam kurikulum. Kita perlu mengajarkan mereka
tentang cinta. Mereka semua perlu mengetahui langkah apa yang seharusnya
diambil untuk menjadi manusia yang lebih baik di dunia, tidak hanya tentang
mendapatkan sebuah pekerjaan.
Garapan lain yang
sudah dikerjakan Ziggy adalah dokumenter tentang Bob Marley yang sangat
dinanti-nanti penggemar, ditetapkan oleh sang sutradara Jonathan Demme untuk
rilis 2010. "Hal tersebut akan bercerita tentang Bob marley, menampilkan
perspektif lain tidak akan yang belum pernah Anda lihat," kata Ziggy.
"Ini adalah salah satu karya dimana keluarga dilibatkan, jadi hasilnya
akan sangat mendalam dan mengungkapkan hal yang tak pernah terungkap selama
ini. Masih banyak hal yang perlu diketahui tentang ayah saya."
TIdak hanya
bermusik, Ziggy kemudian memproyeksikan energi postifnya dengan bergabung
bersama Persatuan Bangsa Bangsa dan menciptakan sebuah label rekaman bernama
Ghetto Youth Crew. Ziggy adalah perpanjangan suara lidah jiwa Bob Marley zaman
sekarang. Like father, like son.
Komentar
Posting Komentar