Segerombolan pria berlarian di sebuah
jalanan Inggris, sementara di belakang dan sisi sebelah kanan yang terhalang
deretan mobil, tak kalah banyak pria dan wanita yang mengikuti mereka. Saking
rusuhnya menghindari kejaran kerumunan, mereka terjatuh, dan semakin terbahak
ketika satu-dua diantara mereka saling tumpang tindih.
Para pengemar semakin nekad merangsek
dan masuk ke sebuah gedung namun kehilangan jejak, sementara tiga pria dari
yang mereka kejar sedang bersembunyi di sebuah bilik pura-pura menelpon, santai
beserta setelan jas safarinya. Yang satunya lagi sedang berpura-pura membaca
koran di bangku pinggir jalan dengan jengot dan kumis palsunya.
Mereka yang mengejar semakin
kelimpungan, mencari disana-sini, dan di dapat ketiga orang pria tersebut di
sebuah pertokoan. Tiga orang pria itu lari ke belakang gang, memanjat pagar,
menumpaki troli khusus pengantar barang menuju geladak kereta api. Ketiganya
terus berlari, semakin menghindar. Bersembunyi di sebuah kotak tempat foto
instan yang diatasnya bertuliskan : Photos completed in 3 Minutes, 4 pose 2'.
Sementara
yang satu, masih tetap terpisah dari kuartetnya dan terlihat sedang
bernegosiasi dengan petugas tiket tepat di depan pintu masuk kereta yang tak
lama lagi melaju. Ketiga pria yang tadi terpisah melihat temannya di pintu
kereta tersebut dengan semangat diselingi tawa mendekati ke pintu masuk dengan
kejaran puluhan pengemarnya membuntuti.
Akhirnya
John Lennon, Paul McCartney, Ringo Star, dan George Harrison terselamatkan oleh
kereta yang pelan mulai melaju. Dengan tawa kuartet The Beatles tersebut
menyalami dan melambaikan tangan kepada para pengemarnya yang sedari tadi
mengikuti.
Kejar-kejaran
beatlemania (sebutan untuk pengemar The Beatles) menuju kereta api tersebut
merupakan salah satu adegan dari film hitam-putih A Hard Day's night besutan
Alun Owen yang dirilis oleh United Artists ketika mereka sedang digdaya pada
zamannya, 6 Juli 1964. Film tersebut bercerita tentang keseharian para personil
kelompok musik The Beatles, dikemas gaya dokumenter dengan arahan Richard
Lester.
Film yang
mengalun seperti lantunan musik yang berkolaborasi dalam sebuah fragmen komik
tersebut sejak rilis sudah mendapat banyak pujian baik secara kritik maupun
finansial. Majalah Time menempatkan film
tersebut sebagai 100 Film Sepanjang Masa.
Alun Powel
sang penulis skrip yang dipilih oleh The Beatles karena mereka telah mengenal
karya sebelumnya, no Trams to Lime Street dan Liperpudlian dialogue. "Alun
berkumpul bersama kami dan sangat berhati-hati dalam menempatkan kata-kata yang
keluar dari mulut kami yang mungkin telah dia dengar, jadi saya pikir dia
menulis skrip yang bagus," ujar McCartney.
Alun Owen
menghabiskan beberapa hari dengan kelompok musik tersebut dan menulis skrip
berdasarkan pada satu pandangan jikalau hidup The Beatles telah menjadi tahanan
dari ketenaran mereka sendiri, jadwal manggung dan pekerjaan rekaman studio
seolah menjadi sebuah hukuman yang membelenggu.
Diproduksi
sekitar enam minggu dan menghabiskan euro sekira 200,000 (temasuk biaya rendah
untuk masanya) film tersebut di mulai sebuah kawasan yang dianggap cocok
seperti Paddington pada 2 Maret 1964 juga kereta travel sekitar London dan
Minehead.
Tempat tersebut
disesuaikan dengan Inti cerita tentang salah satu penampilan The Beatles yang
akan pergi ke London untuk sebuah acara televisi setelah sebelumnya mereka
melarikan diri dari kejaran fans. Akan tetapi setelah kereta meluncur dan
saatnya bersantai mereka kembali diuji kesabarannya dengan beragam godaan di
dalam kereta tersebut.
Film ini
sangat bersejarah karena selain menampilkan sisi musikalitas The Beatles secara
kelompok, film tersebut menceritakan sisi lain luar panggung dari seorang
superstar. Setelah era The Beatles tidak eksis lagi tanpa kehadiran John Lennon
yang ditembak mati kita bisa masih mencermati pengaruhnya sampai sekarang, dari
fashion, gaya manggung, sampai gaya rambut pada band rock masa kini. Its
been a hard days night movie to erase and forget about how big they are until
recent moment.
Komentar
Posting Komentar