Apakabar
dunia? Jauh hari sebelum mengenal internet
pola komunikasi dan interaksi antar sesama manusia sangat lah konvensional.
Sederhana. Pada awal peradaban, untuk memberi pekabaran bahwa ada musuh yang
sedang datang menyerang, sekelompok manusia memberikan simbol asap sebagai
sebuah petanda adanya bahaya. Pada peninggalan artefak di gua-gua dan serat
dari kekayaan alam seperti daun manusia juga menuliskan pesan-pesannya yang
tersurat maupun tersirat mengenai perkembangan semangat zaman juga
kebdayaannya.
Apakabar dunia kini? Tentunya Anda bisa
merasakan perbedaan-perbedaan yang mencolok dan sangat terasa. Bagi yang
menyukai dunia internet jejak tetilas tentang seperti apa kabar dunia silang
peradaban manusia kini sangat dimudahkan dengan kemajuan teknologi tersebut.
Malah sangat terbilang cukup praktis dan sangat instant jika ditilik dari
proses linimasa sebelum manusia mengenal teknologi.
Sembari menyiapkan dan membereskan urusan
domestik bersama keluarga Anda di pagi hari, media elektronik seperti televisi
atau pun radio bisa menjadi teman pelipur sekaligus penyuap gizi informasi
tentang beragam kejadian seputaran apa
kabar dunia di pelbagai belahan bumi. Cukup menekan tombol on! Media konvensional cetak seperti
koran dan majalah musik kesayangan bagi Anda paramuda penyuka varian seni olah
rasa manusia juga bisa dijadikan alternative menu pagi.
Tak lupa, bagi Anda yang mengikuti trend
perkembangan gadget dan memiliki
perangkat sejenis iPad atau teknologi komputer portable versi tablet, bentuk
koran, majalah, dan varian media cetak konvensional yang selama in mewarnai
hari-hari Anda dapat disajikan dalam bentukan yang lebih canggih nan minimalis.
Kini, Anda tak perlu membolak-balikkan halaman jikalau ingin membaca lanjutan
dari seri liputan apa kabar dunia dalm sebuah cerita fitur media tersebut.
Cukup dengan mengeser slide, kursor
navigasi optis untuk mengeser, pada layar sentuh tersebut, maka terbukalah
halaman layaknya kita membuka bab baru dalam sebuah buku.
Epaper,
emagazine, ebook, adalah keluaran
yang lebih mutahir dari perkembangan industri media. Arti dari yang kita sebut
diatas disingkat dari electronic paper,
merujuk pada koran dengan kemasan elektronik yang bisa didapatkan secara gratis
dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada media yang akan kita
dikonsumsi tersebut. Benefit lainnya, forma digital tersebut bisa kita simpan
sebagai data informasi pada perangkat keras iPad atau perangkat keras sistem
komputerisasi yang bisa menyimpan data digital seperti pada hard drive atau cakram digital untuk
menghemat ruang kapasitas sistem penyimpanan data.
Begitu juga dengan
singkatan dari emagazine, ebook, atau
kata benda yang diawali huruf ‘e’ dalam ranah media kontemporer. E, selalu
dirujuk pada kata electronic, dengan makna harfiah berarti media modern yang
berbasis komputerisasi dan digital. Pada emagazine,
Anda sebagai konsumer informasi aktif bisa memberikan umpan lambung dengan
fasilitas share yang biasanya
terdapat dalam sebuah karya jurnalistik tersebut. Setelah Anda membaca, pada
kolom bawah tulisan majalah, buku elektronik atau produk serupa lainya biasanya
disediakan tautan untuk berbagi manakala Anda mendapat manfaat atau kesan
subjektif personal tertentu.
Makna tautan share atau secara harfiah berarti
‘bagikan’ adalah bagaimana Anda merespon karya-karya dari media. Dengan forma
yang serba canggih seperti era sosial media ini, berbagi komentar pada kolom
yang disediakan pada laman atau fasilitas share
tersebut bisa berbuah komunikasi dialogis antara pembaca dan lingkungannya
dalam merespon sumber informasi. Sekali Anda mengirim tautan share dalam laman
jejaring sosial personal Anda, semakin menarik respon yang Anda berikan,
semakin banyak kemungkinan respon yang akan didapat.
Dimulai dari share berita
tentang situasi politik yang memanas mengenai isu korupsi dan partai, rekan dan
handai taulan bisa merespon feedback
yang telah Anda bagi sebelumnya. Bisa jadi responya beragam. Ketika Anda
memberikan input positif dan serius pada tautan share tersebut maka biasanya respon akan didapat setara. Tapi ini
belum tentu, dalam kaidah kebahasaan bersifat arbitrer atau semanasuka,
tergantung subjektifitas persona sendiri, bisa jadi repon balik adalah gurauan
atau satir humoris dalam menanggapi isu sosial masyarakat yang serius
sekalipun.
Apa Anda masih bingung
mendapatkan informasi apakabar dunia hari ini? Jangan khawatir. Sosial media
yang umumnya dikenal masyarakat Indonesia adalah Facebook setelah sebelumnya
Friendster sebagai pionir tidak lagi digemari karena fitur dan aplikasi yang
disediakan media jejaring sosial ini kalah pamor dengan tenaga muda pasukan
Mark Zuckenberg si pendiri Facebook yang pada awalnya membuat aplikasi jejaring
sosial media paling ampuh dekade abad 21 tersebut hanya sebagai tugas internal
mata kuliah yang bersifat intrajejaring civitas kampus sebagai anggota periode
awal.
Tidak hanya itu, untuk
mengetahui kecenderungan informasi apakabar dunia di berbagai belahan anda pun
kini bisa mengakses laman micro blogging
fenomenal si burung pengicau bernama Twitter. Nah, Anda tentu pernah
mendengarnya, bukan? Bagi yang masih asing dengan Twitter, media ini adalah
blog skala mikro yang menyediakan kolom navigasi untuk berbagi cerita dalam
sebuah status layaknya Facebook tetapi uniknya hanya dibatasi sekira 140
karakter huruf, Anda patut mencoba benefit kehadiran media baru ini.
Jangan salah, meski
terkesan singkat para pendiri Twitter paham akan psikologi massa yang gemar
akan perbincangan yang sifatnya sikat dan temporal. Perusahaan yang menolak
untuk diakuisisi oleh Facebook tersebut mampu menangkap gejala budaya dan pola
interaksi antar persona. Hasilnya, kita bisa melihat dari kicauan Tweet yang
mencapai jutaan kalimat per detiknya. Ini sebuah revolusi. Dalam maknanya yang
lebih praksis, bersifat praktek, Twitter mampu menjadi media propaganda pemicu
revolusi politik di beberapa belahan dunia.
Tidak heran dengan adanya
kebebasan berekspresi yang sangat terbuka ini beberapa pemerintahan negera
seperti Cina dan Jerman mengancam akan menutup akses Twitter di Negara tersebut
apabila mengandung isu sensitive tertentu. Di German misalnya, Negara yang
masih trauma akan rezim nasionalis sosialis brutal ala Nazi dengan otomatis
menolak kata kunci yang relevan dengan topik traumatis masa lalu tersebut. Di
beberapa media transaksi seperti eBay juga Amazon pemerintah Jerman melarang
segala bentuk pertukaran maupun jual beli yang mengandung produk dari masa
Adolf Hitler berkuasa tersebut.
Pemerintah-pemerintah
tersebut tidak akan segan akan proses tuntutan sampai ke meja hijau apabila
diperlukan, mendesak, dan mengancam stabilitas Negara. Pada tahapan awal
permerintahan tersebut akan menuntut pihak Twitter sebagai penyelia media
sosial basis blog mikro untuk menghapus tweet atau kicauan yang termasuk
kategori daftar hitam. Atau, pemerintah bisa menekan Twitter untuk memblok
pengguna akses pada konten tersebut sehingga ketika akan diakses sudah
terotomatisasi akan sepenuhnya terblokir oleh pengguna beragam dunia.
Meski berat dengan
kebijakan yang diterapkan oleh setiap pemerintahan ini pihak Twitter tidak
sepenuhnya memblokir konten yang dianggap berbahaya tersebut. Pada luar bagian
selain Negara yang menolak konten tersebut, informasi yang berkaitan dengan
kebijakan ini masih dapat diakses oleh pengguna Negara lain. Akses terhadap
informasi ini dapat digunakan untuk beragam tujuan, bisa untuk penelitian
karena dalam tautan kicauan para penguna terdapat limpahan informasi berharga,
hanya sekedar berkicau dengan handai taulan, atau sekedar mengetahui apa kabar
dunia yang sedang trend dibicarakan setiap manusia di beragam belahan dunia
yang belum pernah kita tapaki sama sekali.
Komentar
Posting Komentar