Pada dekade 90-an pertumbuhan musik
kota kembang Bandung musik underground sangat tumbuh subur. Setiap akhir pekan,
dengan kaos hitam-hitamnya massa bergerak menuju tempat yang sekarang dikeramatkan,
Gelora Saparua nama tempat itu, terletak di Jln. Ambon No.9.
Seperti kebanyakan gedung olah raga,
gor ini mempunyai lintasan lari atletik, lapangan sepakbola, lapangan voli, dan
lapangan bola basket. Dan secara fungsional sebenarnya gedung tersebut
diperuntukkan untuk olahraga pada umumnya. Namun di dekade ketika Kurt Cobain
menguncang musik dunia dengan Smells like teen spirit dan irama
grungenya yang distortif tersebut, tempat ini menjadi lahan favorit para
organizer helaran musik komunitas maupun komersil.
Alasan lain yang menguatkan, selain
representatif untuk kegiatan kawula muda dan mudah diakses jalur transportasi,
suasananya sekitar GOR ini yang cukup kondusif didukung taman asri dengan
pepohonan terbilang rindang untuk ukuran kota. Pada masa kejayaannya, penonton
yang telah membeli tiket lebih tertarik untuk berteduh, sekedar bercengkrama,
atau membenarkan mohawk-lem-aibon yang diwarnai cat sablon-pun-avian di taman
hijau sekitar gor. Mereka datang dari penjuru mata angin Bandung, bahkan ada
yang rela jauh datang dari luar kota untuk menyaksikan kelompok musik
kesayangannya.
Proto-show legendaris
Bandung seperti Hullabaloo II pada akhir 1994 memicu pegiat komunitas musik
untuk lebih produktif menghasilkan helaran tandingan seperti Bandung
Underground, Sunday Ska, Dozen of Terror, dan event metal lainnya seperti Bandung
Berisik. Era keemasan ini menjadikan iklim kreatifitas kota kembang seakan tak
mengenal kata surut ditambah festival pelajar dan festival rock sebagai salah
satu pupuk pemantik kesuburan.
Contohnya Dozen of Terror, sebuah
acara yang dirintis oleh stasiun legendaris Bandung bernama GMR 104.4 FM yang
menampilkan kelompok musik terbaik berdasarkan polling pendengar setia radio
yang dirintis oleh Samuel Marudut tersebut. Di acara ini kelompok musik dengan
beragam genre seperti metal, punk, hardcore, atau rock. Sebutlah nama Koil,
Dajjal, Turtle Jr, Burgerkill, Balcony, Virus, Crusade, Logam, Barong dan
lainnya yang menjadi tiga belas headliner pilihan pendengar radio yang
beroperasi di Jalan Hatta itu.
Untuk menuju areal ini cukup mudah,
dari wilayah protokol Jalan Dago atau bilangan Merdeka kita bisa menuju gor
yang dikelilingi areal perkantoran militer ini sekira kurang 20 menitan dengan
berkendara motor atau angkutan umum. Namun kini areal tersebut tidak lagi jaya
seperti ketika masa komunitas underground kerap kali mengadakan acara setiap
akhir pekan, sabtu juga minggu, untuk sebuah sebuah hajatan. Alasan yang
mengemuka dari pihak penyelenggara adalah adanya kekhawatiran tentang kondisi
gedung olah raga tersebut yang tidak lagi menggelora alias rapuh untuk sebuah
event hingar-bingar.
Komentar
Posting Komentar