Setelah Gor
keramat Saparua reda diteror oleh aksi para scenester
musik bawah tanah, kini giliran Buqiet Cafe yang terletak di Geger Kalong
Hilir untuk meneruskan tahta sebagai saksi episentrum pergerakan skena musik bawahtanah
lokal, khususnya bagi Bandung sendiri. Berbagai event musik cadas kerap kali
telah dilangsungkan di tempat ini.
Buktinya, Core
Live sebagai pelaksana acara bertajuk Free At Last dengan dukungan 24 sponsor,
termasuk didalamnya outlet distribusi, perusahaan pakaian, label rekaman indie,
majalah, dan sebuah stasiun radio ini kembali mengetarkan gendang telinga para maniak
cadas.
Band pembuka adalah
Nudist Island, acara yang berlangsung Minggu 4 Mei silam itu pun didukung oleh
band yang terdiri dari berbagai aliran dan komunitas. Turut menari pogo
diantaranya, Authority, Sendal Jepit, The Bahamas, Savor Of Filth, Boys Are
Toys, Alone At Last, Real Enemy, Killed By Butterfly, Restrain, dan klimaksnya
ditutup dengan penampilan memukau band
asal Bali, sang trio Superman Is Dead.
Orang super telah mati
Berdiri tahun
1995, aksi panggung dari band yang dikomandoi Bobby Cool (vokal, gitar), Eka
(bass, vokal latar), dan sang penabuh Jerinx memang telah ditunggu
kedatangannya jauh-jauh hari. Alhasil, membludaklah penonton, begitu juga yang
terjadi sebelumnya dalam satu acara di Universitas Parahyangan (3/05/03) yang
juga menampilkan band yang memulai gigsnya sebagai band cover version
sekaligus influence-nya, NOFX dan Green Day.
Luapan emosi mulai dari pogo, diving,
slamming, sampai head banging mewarnai mini bar Buqiet Cafe minggu
tersebut, bahkan stage act-nya pun bablas terjejali grounders dan
fans yang histeris, sehingga tak heran atmosfer ruangan kemudian berubah
seperti layaknya sauna.
Dari kelompok
dengan karakter punk dan sentuhan glam-rock-and-roll
ini, lahirlah tiga album indie sebagai wujud kreatifitas pendewasaan bermusik
mereka, yakni Case 15 tahun 1997, Superman Is Dead tahun 1999, dan Bad, Bad, Bad di penghujung 2001. Hingga
kemudian di tahun 2002 Spills Records, salah satu perusahaan rekaman indie
Bandung, merilis ulang beberapa lagu dari album sebelumnya. “Hippie, 2002,
yaitu mini album isi enam lagu, yang sekarang di rilis sama Spills Records
empat lagu, aslinya kan enam lagu, Spills Records release dia, dari Hippie itu
cuma empat lagu aja diambil, aslinya enam lagu sih kalau dari Bad Bad Bad,” ujar Eka ayah beranak
satu.
Eka pun
menambahkan, bahwa band yang secara filosofis ia maknai sebagai no body
perfect ini, sekarang sedang menuju tahap rekaman dengan perusahaan Sony
Music Indonesia, “Sekarang kita lagi join sama major label, Sony Music-Indonesia,
rencananya awal Juni paling lambat.”
Tidak hanya major
yang bisa menjanjikan popularitas dan kekayaan, orisinalitas dalam berkarya pun
mereka dapatkan tanpa adanya intervensi apapun dari pihak label, menurut Dethu
sang manajer personal, “Pada tahun ke-8 ini mereka pun dilirik major label,
Sony Music-Indonesia. Uniknya S.I.D diberi kebebasan sepenuhnya untuk bermusik,
membuat cover, dan klip, Sony tidak ikut campur. Mereka hanya minta enam lagu
bahasa Inggris dan empat lagu bahasa Indonesia.”
Mengenai
kekhawatiran akan adanya eksploitasi dari pihak major label, sang bassist
plus backing vocal ini menjawab dengan singkat, “Bukan kita yang
dimanfaatkan major, kita yang memanfaatkan major.”
Komentar
Posting Komentar